Categories Uncategorized

Kapan MU Memiliki Penurunan yang Drastis

Kapan MU Memiliki Penurunan yang Drastis. Manchester United, salah satu klub sepak bola paling sukses di dunia, dikenal karena dominasinya di Liga Primer Inggris dan Eropa selama era Sir Alex Ferguson. Dengan 13 gelar liga dan dua trofi Liga Champions di bawah kepemimpinannya, United menjadi simbol keunggulan sepak bola. Namun, setelah Ferguson pensiun pada 2013, klub mengalami penurunan performa yang signifikan, mengejutkan penggemar dan pengamat. Artikel ini akan menelusuri kapan dan mengapa Manchester United mengalami penurunan drastis, dengan fokus pada periode pasca-Ferguson, faktor-faktor yang berkontribusi, dan dampaknya terhadap status klub.

Titik Awal Penurunan: Musim 2013-2014

Penurunan drastis Manchester United dimulai segera setelah Sir Alex Ferguson mengundurkan diri pada akhir musim 2012-2013, saat United memenangkan Liga Primer. David Moyes, yang dipilih sebagai penerus, menghadapi tugas berat untuk mengisi kekosongan kepemimpinan Ferguson. Musim 2013-2014 menjadi titik balik negatif bagi United. Tim finis di peringkat ketujuh Liga Primer, hasil terburuk sejak era Liga Primer dimulai pada 1992. United gagal lolos ke Liga Champions, sebuah pukulan besar bagi klub yang terbiasa bersaing di level tertinggi Eropa.

Moyes, yang dikontrak selama enam tahun, hanya bertahan 10 bulan sebelum dipecat pada April 2014. Kegagalannya untuk mempertahankan gaya bermain menyerang dan mentalitas juara United, ditambah dengan hasil buruk melawan tim seperti West Brom dan Sunderland, menunjukkan bahwa klub kehilangan arah. Musim ini menjadi penanda awal penurunan drastis United, yang berjuang untuk menemukan stabilitas.

Faktor Penyebab Penurunan: Kapan MU Memiliki Penurunan yang Drastis

Beberapa faktor berkontribusi pada penurunan United. Pertama, kepergian Ferguson menciptakan kekosongan kepemimpinan yang sulit diisi. Ferguson bukan hanya manajer, tetapi juga figur karismatik yang mampu memotivasi pemain dan mengelola tekanan. Manajer pengganti seperti Moyes, Louis van Gaal, dan José Mourinho memiliki pendekatan berbeda, yang sering kali bertentangan dengan identitas menyerang United.

Kedua, strategi transfer yang buruk memperburuk situasi. United menghabiskan ratusan juta pound untuk pemain seperti Angel Di Maria, Radamel Falcao, dan Paul Pogba, tetapi banyak di antaranya gagal memenuhi ekspektasi. Kurangnya perencanaan jangka panjang dalam perekrutan membuat skuad tidak seimbang, dengan lini tengah dan pertahanan sering kali menjadi titik lemah.

Ketiga, persaingan di Liga Primer semakin ketat. Klub seperti Manchester City dan Chelsea, yang didukung oleh investasi besar, serta kebangkitan Liverpool di bawah Jürgen Klopp, meninggalkan United di belakang. United kesulitan bersaing dengan tim yang memiliki visi taktis lebih jelas dan manajemen yang lebih konsisten.

Periode Pasca-Moyes: Ketidakstabilan Berlanjut

Setelah Moyes, Louis van Gaal dan José Mourinho mencoba mengembalikan kejayaan United. Van Gaal memenangkan Piala FA 2016, sementara Mourinho meraih Piala Liga dan Liga Europa pada 2017. Namun, keduanya gagal membawa United kembali ke puncak Liga Primer atau Liga Champions. Gaya bermain defensif Van Gaal dan Mourinho dikritik karena tidak mencerminkan tradisi United, dan konflik internal, seperti ketegangan Mourinho dengan Pogba, memperburuk situasi.

Di bawah Ole Gunnar Solskjær, United menunjukkan tanda-tanda perbaikan, finis di posisi tiga pada 2019-2020 dan dua pada 2020-2021. Namun, inkonsistensi performa, terutama kekalahan di final Liga Europa 2021, menunjukkan bahwa United masih jauh dari standar era Ferguson. Musim 2021-2022 menjadi salah satu titik terendah, dengan United finis di peringkat keenam di bawah manajer interim Ralf Rangnick.

Dampak Penurunan pada Identitas Klub: Kapan MU Memiliki Penurunan yang Drastis

Penurunan United tidak hanya terlihat di lapangan, tetapi juga memengaruhi identitas klub. Old Trafford, yang dulu dikenal sebagai Theatre of Dreams, kehilangan aura tak terkalahkan. Akademi klub, yang pernah menghasilkan talenta seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes, kurang produktif dalam mencetak bintang baru. Suporter juga mulai frustrasi dengan manajemen klub, terutama keluarga Glazer, yang dikritik karena fokus pada keuntungan finansial daripada kesuksesan olahraga.

Secara komersial, United tetap menjadi raksasa, tetapi kegagalan di lapangan mengurangi daya tarik mereka di panggung Eropa dibandingkan rival seperti Manchester City atau Bayern Munich. Penurunan ini juga memengaruhi kemampuan klub untuk menarik pemain top, yang lebih memilih klub dengan peluang trofi lebih besar.

Upaya Pemulihan dan Harapan Masa Depan

Kedatangan Erik ten Hag pada 2022 membawa angin segar. Dengan gaya bermain yang jelas dan fokus pada disiplin, Ten Hag memenangkan Piala Liga 2023 dan menunjukkan potensi melalui pengembangan pemain muda seperti Kobbie Mainoo. Namun, tantangan tetap besar, dengan persaingan ketat dan kebutuhan untuk membangun skuad yang konsisten.

Kesimpulan: Kapan MU Memiliki Penurunan yang Drastis

Penurunan drastis Manchester United dimulai pada musim 2013-2014 setelah kepergian Sir Alex Ferguson, ditandai dengan hasil buruk di bawah David Moyes dan ketidakstabilan manajerial berikutnya. Faktor seperti kegagalan transfer, persaingan yang semakin ketat, dan kehilangan identitas klub berkontribusi pada periode sulit ini. Meskipun United tetap kuat secara finansial, mereka kesulitan mengulang kejayaan era Ferguson. Dengan manajemen yang tepat dan kesabaran, United memiliki peluang untuk bangkit, tetapi perjalanan menuju kejayaan masih panjang dan penuh tantangan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

latihan-sepak-bola-individu-untuk-semua-orang

Latihan Sepak Bola Individu Untuk Semua Orang

Latihan Sepak Bola Individu Untuk Semua Orang. Sepak bola adalah olahraga yang digemari jutaan orang…

Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca

Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca

Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca. El Clasico, pertandingan antara Real Madrid dan…

peran-shin-tae-yong-dalam-melatih-timnas-indonesia

Peran Shin Tae-yong dalam Melatih Timnas Indonesia

Peran Shin Tae-yong dalam Melatih Timnas Indonesia. Shin Tae-yong (STY), pelatih asal Korea Selatan, memainkan…