Legenda MU Sebut Liverpool Tidak Bisa Jadi Pesaing Arsenal. Pekan ke-12 Liga Inggris musim 2025-26 membawa opini pedas dari legenda Manchester United, Paul Scholes, yang tegas bilang Liverpool takkan jadi pesaing serius Arsenal di perburuan gelar. Pernyataan ini keluar usai kemenangan Arsenal 2-0 atas tim papan tengah akhir pekan lalu, yang angkat The Gunners ke puncak dengan 26 poin. Sementara itu, Liverpool tergelincir ke posisi keempat dengan 19 poin setelah tiga kekalahan beruntun, termasuk ambruk 0-3 dari Manchester City. Scholes, yang punya enam gelar liga di lemari trofi, tak segan kritik Arne Slot: “Liverpool punya skuad bagus, tapi tak punya cukup amunisi untuk kejar Arsenal.” Di tengah rivalitas abadi, apakah ini cuma sindiran rival, atau analisis tajam? Kita kupas berdasarkan tren musim ini. INFO SLOT
Latar Belakang Opini Scholes: Legenda MU Sebut Liverpool Tidak Bisa Jadi Pesaing Arsenal
Paul Scholes selalu jujur soal rivalitas, dan kali ini dia bicara di podcast sepak bola setelah laga City-Liverpool. “Saya lihat Arsenal lebih konsisten, Liverpool kayak tim transisi yang belum matang,” katanya, merujuk start lambat The Reds di bawah Slot yang baru gabung musim panas. Scholes bukan orang pertama dari kalangan legenda United yang skeptis: Rio Ferdinand sempat bilang serupa pasca-kalah dari Arsenal September lalu, meski Gary Neville lebih netral. Ini kontras dengan pandangan Jamie Carragher, mantan bek Liverpool, yang yakin Slot butuh waktu enam bulan untuk bangun tim.
Opini Scholes datang di momen tepat: Liverpool kalah tiga laga berturut-turut—dua di liga, satu di Champions League—bikin jarak enam poin dari puncak terasa lebar. Dia soroti faktor Arne Slot yang ganti Jurgen Klopp: “Klopp punya karisma, Slot lebih taktis, tapi lini depan Liverpool mandul tanpa Mohamed Salah on fire.” Scholes, dengan pengalaman juara di bawah Sir Alex, yakin Arsenal punya momentum yang Liverpool tak punya. Ini tambah bumbu rivalitas Merseyside-Manchester, di mana bahkan legenda United tak ragu kasih nasihat pedas ke tetangga.
Performa Liverpool yang Mulai Goyah: Legenda MU Sebut Liverpool Tidak Bisa Jadi Pesaing Arsenal
Liverpool memulai musim dengan harapan tinggi setelah finis runner-up musim lalu, tapi kini performa mereka kayak rollercoaster. Dari 11 laga, enam kemenangan, satu imbang, empat kekalahan—selisih gol plus delapan yang lumayan, tapi tren buruk akhir-akhir ini hancurkan ilusi. Kekalahan 0-3 dari City jadi pukulan telak: penguasaan bola 55 persen tapi zero shots on target, dengan lini tengah gagal tekel—hanya 42 persen sukses. Mohamed Salah cuma cetak dua gol liga, assist tiga, jauh dari 25 gol musim lalu, sementara Darwin Núñez cedera panjang bikin depan bergantung Federico Chiesa yang masih adaptasi.
Di bawah Slot, taktik 4-2-3-1 beri pressing tinggi, tapi lini belakang rapuh: kebobolan 1,5 gol per laga, naik dari 1,0 musim lalu. Virgil van Dijk tetap solid, tapi Ibrahima Konaté sering absen cedera, paksa rotasi dengan Joe Gomez yang kurang pengalaman. Lima laga terakhir tanpa kemenangan di liga tunjukkan masalah: possession bagus tapi finishing buruk, konversi peluang cuma 12 persen. Scholes bilang ini karena “kurang kedalaman skuad”—Liverpool kalah dua laga tandang berat, beda dengan Arsenal yang tak terkalahkan di Emirates. Ini bikin Liverpool tertinggal enam poin, dan dengan jadwal Desember padat, peluang nyusul makin tipis.
Kelemahan Liverpool Dibanding Kekuatan Arsenal
Arsenal, di sisi lain, kayak mesin yang baru panas. Delapan kemenangan, dua imbang, satu kekalahan—26 poin dengan selisih plus 15 yang impresif. Mikel Arteta bangun tim matang: lini depan ganas dengan kontribusi merata, empat pemain cetak lima gol atau lebih, sementara pertahanan cuma kebobolan delapan. William Saliba dan Gabriel duet apik, clean sheet lima laga, kontras dengan Liverpool yang kebobolan 16. Arsenal unggul dalam efisiensi: passing akurat 88 persen, tembakan on target 5,2 per laga, bikin mereka sulit ditembus.
Scholes soroti mental: Arsenal tak “bottle” seperti Liverpool musim lalu, finis kuat meski start lambat. Faktor cedera juga beda—Arsenal punya rotasi lebih dalam, seperti Thomas Partey yang kembali dari absen panjang dan langsung dominasi lini tengah. Liverpool struggle dengan beban Salah yang main nonstop, 950 menit tanpa istirahat panjang, bikin performanya turun. Jadwal Eropa tambah beban: Liverpool di Champions League grup sulit, Arsenal lebih nyaman di Europa. Scholes yakin, “Arsenal punya pengalaman finis juara, Liverpool masih cari identitas baru.” Ini bikin The Gunners favorit dengan peluang 40 persen juara menurut simulasi, Liverpool cuma 15 persen.
Kesimpulan
Opini Paul Scholes bahwa Liverpool tak bisa jadi pesaing Arsenal musim 2025-26 terasa pedih tapi masuk akal di tengah goyahnya The Reds. Dari performa lesu, lini depan mandul, hingga gap mental dibanding skuad Arteta yang solid, Liverpool butuh perbaikan cepat untuk balikkan narasi. Slot punya skuad berbakat, tapi enam poin tertinggal dan tren buruk ini ingatkan: liga tak ampuni kelengahan. Bagi penggemar Merseyside, ini panggilan bangkit—mungkin istirahatkan Salah dan tes rotasi. Musim panjang, tapi kalau tak berubah, Scholes bisa benar: Arsenal jalan sendirian di puncak. Pekan depan lawan tim Midlands jadi tes pertama—Liverpool, waktunya buktiin sebaliknya.