Mohamed Salah Tidak Tampil Gemilang Saat Lawan Chelsea. Mohamed Salah kembali jadi sorotan negatif saat Liverpool kalah 2-1 dari Chelsea di Stamford Bridge, Sabtu malam WIB pada 4 Oktober 2025, dalam pekan ketujuh Premier League musim 2025/26. Winger Mesir berusia 33 tahun itu main penuh 90 menit, tapi performanya jauh dari gemilang—ia tak cetak gol, tak punya tembakan tepat sasaran dari empat usaha, dan gagal menang satu pun duel. Gol pembuka Moisés Caicedo di menit ke-14 dan penentu Estêvão Willian di menit ke-95 bikin The Reds terpukul, sementara Cody Gakpo sempat samakan skor di menit ke-58. Rating 4/10 dari analis seperti Liverpool Echo dan Mirror jadi bukti buruknya hari Salah, yang ciptakan tiga peluang tapi boros total—termasuk hantam tiang di menit ke-72. Arne Slot, pelatih Liverpool, akui tim kesulitan, tapi sorotan utama tertuju pada Salah yang disebut “fluffed his lines” oleh Goal.com. Kekalahan ketiga beruntun ini bawa Liverpool turun ke peringkat kedua dengan 16 poin, tertinggal satu poin dari Arsenal—dan pertanyaan besar muncul: apakah ini tanda penurunan Salah di usia senja? BERITA TERKINI
Performa Menyimpang dari Standar Biasa: Mohamed Salah Tidak Tampil Gemilang Saat Lawan Chelsea
Salah, yang biasanya jadi mimpi buruk bagi bek lawan, tampil seperti bayangan dirinya sendiri malam itu. Dari awal laga, ia kesulitan tembus pertahanan Chelsea yang rapat di formasi 4-2-3-1 Enzo Maresca. Empat tembakan yang dilepaskan—tiga dari luar kotak—tak satu pun mengarah tepat sasaran, termasuk usaha dekat gawang di babak kedua yang cuma hasilkan tendangan lemah. Ia sempat goes close di menit ke-46 dengan tembakan melengkung, tapi kiper Robert Sánchez tepis mudah. Yang lebih parah, Salah gagal menang satu pun duel—baik darat maupun udara—dan tak complete take-on apa pun dari tiga usaha dribel, rekor terburuknya musim ini.
Ini kontras tajam dengan Salah yang koleksi 10 gol di lima laga awal musim. Di babak pertama, ia cuma sentuh bola 28 kali dengan passing akurat 75 persen, dan satu-satunya kontribusi positif adalah umpan silang audacious ke Alexander Isak yang nyaris jadi assist. Tapi overall, ia di pinggir aksi, seperti disebut This Is Anfield: “on the periphery of the action.” Arne Slot ganti tiga pemain di babak kedua, tapi Salah tetap di lapangan—mungkin karena status kaptennya, tapi keputusan itu malah bikin ia terlihat frustrasi, terutama saat hantam tiang di menit ke-72 yang bisa ubah nasib laga. Performa ini bukan cuma buruk; ia bikin Liverpool kehilangan 1,2 expected goals dari peluang yang diciptakannya, menurut data Opta.
Faktor Eksternal yang Hambat Performa: Mohamed Salah Tidak Tampil Gemilang Saat Lawan Chelsea
Tak bisa disalahkan sepenuhnya pada Salah—pertahanan Chelsea di bawah Maresca main matang, terutama Reece James yang jadi bayangan winger Mesir itu sepanjang laga. James, kapten The Blues, tekan Salah tanpa ampun: ia blok dua tembakan dan intersepsi tiga umpan, batasi Salah cuma satu key pass. Marc Cucurella di sisi lain juga bantu tutup ruang, bikin Salah tak punya opsi dribel lebar seperti biasa. Liverpool kuasai bola 62 persen di babak kedua, tapi pressing tinggi Chelsea curi bola 12 kali, delapan di area Salah.
Faktor lain: kelelahan tim. Liverpool main tiga hari setelah Liga Champions lawan Napoli, dan rotasi Slot kurang optimal—Darwin Núñez dan Alexis Mac Allister masuk lambat, bikin serangan kurang fluid. Salah sendiri tampak capek setelah laga internasional, di mana ia main penuh untuk Mesir lawan Senegal. Ini tambah beban di jadwal padat, di mana Slot akui, “Mo butuh istirahat, tapi laga besar seperti ini tak bisa.” Plus, absen Trent Alexander-Arnold karena cedera bikin umpan panjang ke Salah minim—hanya 12 persen dari total passing tim. Faktor ini campur jadi resep sempurna untuk performa buruk, seperti disebut Yahoo Sports: “Salah’s form a worrying sign” di tengah krisis Liverpool yang kalah tiga kali beruntun.
Dampak Jangka Panjang bagi Tim dan Karier Salah
Performa buruk Salah malam itu bukan isu satu laga, tapi sinyal merah untuk Liverpool yang haus gelar. Dengan 16 poin dari tujuh laga, The Reds tertinggal Arsenal satu poin, dan kekalahan ini tambah tekanan pada Slot—ia kini hadapi kritik soal taktik pressing yang tak variatif. Salah, kapten dan pencetak gol terbanyak klub (sekitar 200 gol), jadi pusat harapan serangan—tapi jika form-nya drop, tim bergantung berat pada Gakpo atau Núñez yang masih mentah. Fans di media sosial ramai: “What is happening to Mo?” dengan 50 ribu posting di X, campur khawatir dan dukungan. Ini bisa picu diskusi kontrak—Salah habis 2026, dan tawaran dari Saudi Pro League masih menggantung.
Bagi karier Salah, ini momen refleksi. Di usia 33, ia masih top scorer Premier League dengan 8 gol musim ini, tapi laga seperti ini ingatkan batas fisik. Ia bilang pasca-laga, “Saya harus lebih baik,” tapi analis bilang ini “worrying sign” karena ia gagal konversi peluang di laga besar—mirip kekalahan lawan City pekan lalu. Liverpool rencanakan istirahatnya di Carabao Cup, tapi tantangan Liga Champions lawan Real Madrid Rabu nanti jadi ujian. Jika tak bangkit, ini bisa ganggu target 20 gol musimnya dan warisan di Anfield.
Kesimpulan
Mohamed Salah tak tampil gemilang saat lawan Chelsea, dengan rating 4/10, nol tembakan tepat sasaran, dan performa di pinggir aksi yang bikin Liverpool kalah 2-1 dramatis. Faktor pertahanan James, kelelahan tim, dan rotasi minim jadi penyebab, tapi dampaknya luas: tekanan pada Slot, keraguan fans, dan pertanyaan karier Salah di usia 33. Ini kekalahan ketiga beruntun, tapi Liverpool punya skuad kuat untuk balik—Salah harus bangkit cepat, atau musim 2025/26 bisa berubah pahit. Anfield haus golnya lagi; laga berikutnya jadi kesempatan penebusan.