Bagaimana Masa Depan Andrew Robertson di Liverpool. Andrew Robertson, bek kiri Liverpool yang ikonik, kini berada di persimpangan karier yang menarik perhatian fans Merseyside. Pada usia 31 tahun, kontraknya di Anfield akan habis Juni 2026, dan meski ia ungkapkan sikap santai soal masa depan, rumor kembalinya ke Celtic—klub asal Skotlandia yang membesarkannya—semakin kencang. Kabar ini meledak sejak awal November 2025, setelah Robertson kembali starter usai cedera bahu yang sempat ganggu ritme musim ini. Di bawah Arne Slot, ia tunjukkan kelasnya lagi, tapi pertanyaan besar tetap: bertahan di Liverpool untuk lanjutkan warisan, atau cari tantangan baru? Dengan performa tim yang sedang on fire di Premier League, masa depan Robertson jadi cerminan bagaimana klub tangani veteran setia di era transisi. BERITA BOLA
Karier Gemilang Robertson di Liverpool: Bagaimana Masa Depan Andrew Robertson di Liverpool
Robertson bukan pemain biasa; ia simbol transformasi Liverpool dari tim medioker jadi raksasa Eropa. Gabung dari Hull City pada 2017 dengan biaya 8 juta poundsterling, ia langsung rebut posisi bek kiri utama dari Alberto Moreno. Di bawah Jurgen Klopp, Robertson jadi bagian integral dari era emas: raih Liga Champions 2019, Premier League 2020, plus dua Piala FA dan Liga Cup. Total, ia main lebih dari 300 laga, catatkan 10 gol dan 60 assist—angka gila untuk bek yang dikenal stamina tak terbatas dan umpan silang akurat.
Gaya bermainnya khas: pressing tinggi, overlap konstan, dan leadership di lapangan. Ia sering duet solid dengan Mohamed Salah di sisi kanan, ciptakan serangan balik mematikan. Di luar lapangan, Robertson wakili semangat pekerja keras; dari akar sederhana di Skotlandia hingga jadi kapten timnas, ia inspirasi banyak pemain muda. Musim-musim awal, ia adaptasi cepat dengan intensitas Premier League, bantu Liverpool finis runner-up 2018 dan juara dunia klub 2019. Bahkan di masa sulit pandemi, ia tetap pilar, dengan rata-rata 2,5 tekel sukses per laga. Kariernya di Liverpool bukan cuma statistik, tapi cerita loyalitas—ia tolak tawaran klub lain demi tetap di Anfield. Tapi kini, dengan Slot yang bawa gaya lebih fleksibel, Robertson harus bukti dirinya masih relevan di usia matang.
Performa Terkini dan Tantangan Cedera: Bagaimana Masa Depan Andrew Robertson di Liverpool
Musim 2025/26 ini jadi ujian bagi Robertson. Cedera bahu yang ia alami Agustus lalu—akibat tabrakan keras di laga pembuka—paksa ia absen hampir dua bulan, bikin Kostas Tsimikas ambil alih. Kembali pada Oktober, ia langsung starter di tiga laga berturut-turut, termasuk kemenangan krusial atas Manchester City. Performa itu solid: 88% akurasi umpan, satu assist, dan kontribusi defensif yang bikin Slot puji ia sebagai “bek paling energik”. Liverpool kebobolan hanya empat gol di periode itu, bukti peran Robertson dalam build-up dari belakang.
Tapi tak semuanya mulus. Umur 31 tahun bawa risiko: kecepatannya masih tajam, tapi pemulihan cedera lebih lama. Musim lalu, ia main 45 laga tapi rasakan kelelahan akhir musim, yang bikin fans khawatir rotasi. Di timnas Skotlandia, ia kapten sejak 2018 dan raih Euro 2024, tapi start kualifikasi Piala Dunia 2026 inkonsisten karena jadwal padat. Robertson akui, “Saya rasakan tekanan, tapi itu bikin saya lebih kuat.” Di Liverpool, Slot terapkan rotasi lebih banyak untuk lindungi veteran seperti ia, tapi ini juga sinyal: klub siap darah baru di bek kiri, seperti Milos Kerkez dari Bournemouth yang dirumorkan. Meski begitu, dedikasinya tak diragukan—ia sering latihan ekstra untuk jaga kondisi, tunjukkan komitmen meski masa depan menggantung.
Opsi Masa Depan: Bertahan atau Pindah?
Dengan kontrak tinggal enam bulan lagi, Januari 2026 jadi momen krusial: Robertson boleh bicara pre-contract dengan klub luar Inggris. Liverpool sudah mulai diskusi awal, tapi belum ada kesepakatan formal. Ia bilang, “Saya santai, tapi jika ini musim terakhir, saya beri yang terbaik.” Opsi bertahan menggoda: gaji naik, peran mentor untuk pemain muda, dan peluang trofi lagi di skuad Slot yang haus gelar. Tapi, klub pertimbangkan jual murah atau lepas gratis untuk dana regenerasi, terutama dengan finansial pasca-pandemi.
Rumor terpanas: kembalinya ke Celtic. Klub Skotlandia itu lihat ia sebagai leader ideal untuk stabilkan pertahanan yang bocor musim ini, plus mentor bagi bek muda seperti Alex Valle. Celtic, di mana Robertson mulai karir junior, tawarkan pre-contract—kesempatan pulang kampung di usia 32, dengan gaji kompetitif dan beban lebih ringan. Atlético Madrid juga pantau, inginkan pengalaman Premier League untuk tambah kedalaman di bawah Diego Simeone. Lainnya, seperti Newcastle atau klub Arab, muncul sebagai opsi finansial. Robertson tolak spekulasi berlebih, tapi ayahnya—sebagai agen—sudah kontak Celtic. Fans Liverpool campur aduk: banyak yang ingin ia pensiun di Anfield, tapi paham ambisi pribadi. Apa pun pilihannya, ia sudah ukir warisan abadi.
Kesimpulan
Masa depan Andrew Robertson di Liverpool penuh ketidakpastian, tapi itu tak kurangi nilai kontribusinya selama delapan tahun terakhir. Dari rekrutan murah jadi legenda, ia wakili semangat The Reds yang tak kenal lelah. Dengan cedera teratasi dan performa kembali kinclong, ia punya bargaining power kuat—entah perpanjang untuk lanjutkan trofi, pulang ke Celtic sebagai homecoming heroik, atau tantang diri di Spanyol. Slot dan manajemen harus putuskan cepat, agar fokus tetap di lapangan. Bagi Robertson, apa pun jalannya, ia tinggalkan jejak tak tergantikan: bek yang beri segalanya untuk tim dan fans. Di sepak bola, akhir satu babak sering lahirkan awal baru—semoga miliknya cerah, apa pun warnanya.