Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca. El Clasico, pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona, adalah salah satu rivalitas terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. Duel ini tidak hanya mempertemukan dua klub paling sukses di Spanyol, tetapi juga mencerminkan persaingan budaya, politik, dan identitas antara Madrid dan Catalunya. Sejak pertemuan pertama mereka pada awal abad ke-20, El Clasico telah menghasilkan momen-momen ikonik, dari gol spektakuler hingga drama di lapangan. Hingga 8 Juni 2025, rivalitas ini tetap memikat jutaan penggemar global, termasuk di Indonesia. Artikel ini mengulas awal sejarah El Clasico, akar persaingan, dan perkembangannya di era awal, menyoroti faktor-faktor yang membentuk legenda ini.
Pertemuan Pertama: 1902
El Clasico resmi dimulai pada 13 Mei 1902, dalam pertandingan semi-final turnamen Copa de la Coronación, kompetisi awal yang diadakan untuk memperingati penobatan Raja Alfonso XIII. Barcelona mengalahkan Real Madrid, yang saat itu bernama Madrid Football Club, dengan skor 3-1 di Madrid. Laga ini dimainkan di Hipódromo de la Castellana, dengan sekitar 2.000 penonton. Menurut arsip sejarah La Liga, Barcelona, yang didirikan pada 1899, sudah lebih terorganisasi dibandingkan Madrid, yang baru berdiri pada Maret 1902. Pertemuan ini menandai awal rivalitas, meski intensitasnya masih rendah karena sepak bola Spanyol belum berkembang pesat.
Konteks Sejarah dan Identitas: Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca
Rivalitas El Clasico tidak hanya soal sepak bola, tetapi juga mencerminkan perbedaan identitas. Barcelona mewakili Catalunya, wilayah dengan budaya, bahasa, dan aspirasi otonomi yang kuat, sementara Real Madrid, berbasis di ibu kota, diasosiasikan dengan pemerintahan pusat Spanyol. Pada awal abad ke-20, ketegangan politik antara Catalunya dan Madrid mulai muncul, terutama di bawah pemerintahan Raja Alfonso XIII, yang cenderung sentralistis. Menurut catatan sejarah, Barcelona menjadi simbol perlawanan Catalan, sedangkan Madrid, yang mendapat gelar “Real” (kerajaan) pada 1920, dianggap sebagai perwakilan monarki. Perbedaan ini memperdalam rivalitas di luar lapangan, terutama di kalangan suporter.
Perkembangan di Era 1920-an
Pada 1920-an, rivalitas mulai memanas dengan berdirinya kompetisi nasional, termasuk Copa del Rey. Salah satu momen krusial terjadi pada final Copa del Rey 1926, di mana Barcelona mengalahkan Madrid 2-1. Laga ini diwarnai ketegangan, dengan tuduhan bias wasit dari kedua pihak. Menurut arsip klub, pertandingan di Valencia ini menarik perhatian nasional, menandakan bahwa duel Madrid-Barcelona mulai melampaui kompetisi lokal. Pemain seperti Josep Samitier (Barcelona) dan Santiago Bernabéu (Madrid, yang kemudian menjadi presiden klub) menjadi bintang awal El Clasico, menambah daya tarik laga. Pada 1929, La Liga resmi didirikan, dan pertemuan reguler kedua klub di liga memperkuat status rivalitas.
Kontroversi Awal dan Ketegangan Politik
Pada 1930-an, El Clasico semakin dipengaruhi politik, terutama selama Perang Saudara Spanyol (1936-1939). Pada 1936, presiden Barcelona, Josep Sunyol, dieksekusi oleh pasukan Franco karena afiliasinya dengan gerakan Catalan, memperdalam kebencian suporter Barcelona terhadap rezim Franco, yang dikaitkan dengan Madrid. Meski Real Madrid juga menghadapi kesulitan selama perang, persepsi bahwa klub mendapat dukungan Franco di era berikutnya memicu ketegangan. Salah satu laga kontroversial terjadi pada 1943 di semi-final Copa del Generalísimo, di mana Madrid menang 11-1 di leg kedua setelah kalah 0-3 di leg pertama. Suporter Barcelona menuduh adanya intimidasi dari otoritas, meski bukti historis masih diperdebatkan. Insiden ini menjadi salah satu noda awal dalam sejarah El Clasico.
Dampak pada Sepak Bola Spanyol: Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca
El Clasico di era awal membantu membentuk sepak bola Spanyol modern. Persaingan ini mendorong kedua klub untuk meningkatkan kualitas, baik dalam manajemen maupun perekrutan pemain. Barcelona mengandalkan talenta lokal seperti Paulino Alcántara, pencetak gol terbanyak klub saat itu, sementara Madrid mulai menarik pemain seperti Ricardo Zamora. Menurut data La Liga, hingga akhir 1940-an, kedua klub telah memenangkan sebagian besar gelar domestik, menegaskan dominasi mereka. El Clasico juga meningkatkan popularitas sepak bola di Spanyol, menarik lebih banyak penonton dan sponsor. Laga-laga ini menjadi ajang adu gengsi, dengan suporter di Camp Nou dan Santiago Bernabéu (dibuka 1947) menciptakan atmosfer yang menggetarkan.
Warisan Awal El Clasico
Warisan awal El Clasico terletak pada bagaimana rivalitas ini melampaui olahraga, menjadi cerminan dinamika sosial dan politik Spanyol. Pertemuan-pertemuan awal, meski belum seintens era modern dengan Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo, meletakkan fondasi untuk drama dan gairah yang kini identik dengan laga ini. Hingga 8 Juni 2025, El Clasico tetap menjadi pertandingan paling dinanti, dengan total 255 laga kompetitif sejak 1902, di mana Madrid unggul tipis dengan 104 kemenangan berbanding 100 kemenangan Barcelona. Rivalitas ini terus hidup, mengingatkan dunia pada akar sejarahnya yang kaya dan penuh emosi.
Kesimpulan: Awal Sejarah Dari El Classico Madrid vs Barca
Awal sejarah El Clasico dimulai pada 1902, ketika Barcelona mengalahkan Madrid dalam turnamen Copa de la Coronación, menandai lahirnya rivalitas terbesar sepak bola. Persaingan ini berkembang di tengah ketegangan budaya dan politik antara Catalunya dan Madrid, diperdalam oleh peristiwa seperti Perang Saudara Spanyol dan kontroversi seperti laga 1943. Pemain seperti Samitier dan Bernabéu menjadi pionir, sementara La Liga dan Copa del Rey memperkuat intensitas. Hingga 8 Juni 2025, El Clasico tetap menjadi simbol adu gengsi, mengabadikan warisan awalnya sebagai pertarungan identitas, kebanggaan, dan kehebatan sepak bola yang tak pernah pudar.