Alasan Kekalahan AC Milan Saat Melawan Napoli. AC Milan gagal mempertahankan gelar Supercoppa Italiana setelah kalah 2-0 dari Napoli di semifinal pada 18 Desember 2025 di Al-Awwal Park, Riyadh. Gol dari David Neres di menit ke-39 dan Rasmus Højlund di menit ke-63 membawa tim Antonio Conte lolos ke final. Meski Milan sempat mendominasi possession dan menciptakan peluang di awal, mereka akhirnya kehilangan kendali permainan. Kekalahan ini menjadi pukulan bagi juara bertahan, yang kini harus fokus hanya pada Serie A. Artikel ini mengupas alasan utama di balik kegagalan Milan mengatasi Napoli yang tampil lebih efisien dan terorganisir. BERITA OLAHRAGA
Kurangnya Ketajaman di Depan Gawang: Alasan Kekalahan AC Milan Saat Melawan Napoli
Milan sering gagal memanfaatkan peluang yang tercipta, terutama di babak pertama. Salah satu momen krusial terjadi di menit ke-37, saat situasi empat lawan dua setelah merebut bola dari corner Napoli berakhir dengan tembakan Nkunku yang melambung tinggi. Peluang emas ini langsung dihukum Napoli dua menit kemudian melalui gol Neres. Sepanjang laga, Milan menciptakan beberapa ancaman melalui Pulisic dan Saelemaekers, tapi penyelesaian akhir kurang presisi dan tajam. Duet depan Nkunku dan Pulisic berusaha keras, tapi suplai bola dari lini tengah tidak cukup akurat untuk menembus pertahanan rapat lawan. Hasilnya, Milan gagal mencetak gol meski possession lebih tinggi, menunjukkan masalah kronis dalam efisiensi serangan.
Rentan terhadap Counter-Attack Napoli: Alasan Kekalahan AC Milan Saat Melawan Napoli
Napoli unggul berkat transisi cepat yang mematikan, sementara Milan sering tertinggal posisi saat mendorong lini tinggi. Kedua gol lahir dari skema serupa: Højlund memanfaatkan kekuatan fisiknya untuk menahan bola, lalu membuka ruang bagi rekan. Gol pertama dari umpan silang Højlund yang diselesaikan Neres, sedangkan gol kedua dari aksi individu Højlund yang berputar melewati bek Milan sebelum tembakan keras. Lini belakang Milan, dengan Tomori, De Winter, dan Pavlović, kesulitan menghadapi direct ball ke belakang dan kecepatan counter Napoli. Bola panjang sering menjadi senjata lawan, membuat Milan kehilangan keseimbangan dan sulit bangkit setelah tertinggal.
Dominasi Lini Tengah oleh Napoli
Lini tengah Milan kalah dalam duel dan penguasaan tempo. Duet Lobotka dan McTominay dari Napoli mendominasi, memotong alur serangan Milan serta memulai transisi dengan akurat. McTominay membawa energi fisik, sementara Lobotka mengatur permainan dengan passing presisi. Di sisi Milan, Loftus-Cheek, Rabiot, dan Jashari berjuang, tapi kurang ide saat masuk sepertiga akhir. Pengganti seperti Modrić dan Fofana masuk terlambat untuk mengubah ritme. Napoli lebih nyaman mengelola permainan, terutama di babak kedua, di mana Milan kehilangan clarity dan kombinasi. Kekalahan duel tengah ini membuat Milan frustrasi dan minim ancaman berbahaya.
Kesimpulan
Kekalahan AC Milan dari Napoli dipicu oleh kurangnya ketajaman penyelesaian, kerentanan terhadap counter-attack, serta inferioritas di lini tengah. Napoli tampil lebih klinis dan disiplin, memanfaatkan momen krusial dengan sempurna berkat performa Højlund yang dominan. Bagi Milan, hasil ini menjadi pelajaran untuk memperbaiki efisiensi dan transisi pertahanan jelang laga Serie A berikutnya. Meski sebagai juara bertahan, Milan harus segera bangkit untuk menjaga posisi di papan atas liga. Kekalahan di Riyadh menutup perjalanan Supercoppa lebih awal, tapi bisa jadi motivasi untuk performa lebih baik di kompetisi utama.