FIFA Bisa Digugat Usai Menghapus Sanksi Cristiano Ronaldo. FIFA kembali jadi sorotan setelah keputusan kontroversial soal Cristiano Ronaldo. Pada Selasa lalu, badan sepak bola dunia itu mengumumkan penghapusan dua pertanding tersisa dari sanksi tiga laga yang dijatuhkan pada kapten Portugal itu. Sanksi awal muncul usai kartu merah Ronaldo karena sikap kekerasan—sikut ke wajah bek Irlandia, Dara O’Shea—dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Republik Irlandia pada 13 November. Ronaldo sudah absen satu laga lawan Armenia (yang dimenangkan Portugal 9-1), tapi kini bebas main di pembuka Piala Dunia 2026 musim panas depan. Keputusan ini ganti sanksi jadi masa percobaan satu tahun: pelanggaran serupa bakal aktifkan dua laga absen lagi. Namun, langkah ini picu reaksi keras—beberapa tim nasional ancam gugat FIFA ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) karena dianggap tak adil. INFO CASINO
Latar Belakang Sanksi dan Keputusan FIFA: FIFA Bisa Digugat Usai Menghapus Sanksi Cristiano Ronaldo
Kartu merah Ronaldo di menit 88 laga lawan Irlandia—saat Portugal sudah tertinggal 2-0—langsung picu sanksi otomatis satu laga. FIFA Disciplinary Committee perpanjang jadi tiga laga karena dianggap “kekerasan serius” atau “pelanggaran kasar”. Ini sesuai pasal 25 dan 27 Kode Disiplin FIFA, yang izinkan pertimbangan merit dan dampak sanksi. Ronaldo, 40 tahun, sudah absen laga terakhir kualifikasi, tapi dua laga tersisa bakal ganggu pembuka Piala Dunia—turnamen keenam dan terakhirnya. FIFA lalu ubah: “Dua laga tersisa ditangguhkan selama satu tahun percobaan,” tegas pernyataan resmi. Pelanggaran serupa bakal aktifkan sanksi langsung di laga resmi Portugal selanjutnya. Ini bukan pertama FIFA beri keringanan—contoh, Laurent Koscielny Prancis 2014 cuma absen satu laga meski sanksi tiga, dan Luis Suarez 2014 kurangi satu laga usai banding.
Reaksi Keras dari Tim Nasional Lain: FIFA Bisa Digugat Usai Menghapus Sanksi Cristiano Ronaldo
Keputusan ini langsung picu badai. Menurut laporan, beberapa tim nasional yang berpotensi hadapi Portugal di grup Piala Dunia 2026—seperti yang tergambar di undian 5 Desember di Washington DC—pertimbangkan gugat ke CAS. Mereka argumen peluang lolos grup bakal turun signifikan jika Ronaldo main, mengingat ia cetak lima gol di kualifikasi. Tim seperti Armenia dan Burundi, yang pemainnya kena sanksi tiga laga penuh tanpa keringanan, rasakan ketidakadilan. “Ini buka preseden buruk,” kata sumber dekat salah satu federasi. CAS, yang independen, bisa tinjau ulang jika banding diajukan sebelum turnamen. Belum ada pengumuman resmi, tapi tekanan naik—terutama dari federasi Eropa yang anggap FIFA beri perlakuan istimewa pada bintang besar.
Preseden dan Dampak Jangka Panjang
FIFA punya sejarah beri keringanan di Piala Dunia: Jesus Arellano Meksiko 2002 kurangi sanksi usai banding sukses, dan Wayne Rooney Inggris 2006 cuma absen satu laga meski pelanggaran serius. Tapi kasus Ronaldo beda: sanksi tiga laga tetap berlaku, tapi ditangguhkan—bukan dibatalkan total. Kritikus bilang ini langkah diplomatis FIFA, terutama usai Ronaldo kunjungi Gedung Putih dan dinner dengan Presiden AS Donald Trump serta Presiden FIFA Gianni Infantino pekan lalu. Dampaknya luas: jika gugatan lolos CAS, bisa ubah aturan disiplin FIFA secara global. Bagi Ronaldo, ini kabar baik—ia siap main penuh di turnamen terakhirnya di usia 41. Portugal, yang lolos kualifikasi dengan mudah, untung besar tanpa kapten absen awal.
Kesimpulan
Penghapusan sanksi Ronaldo buka pintu gugatan FIFA ke CAS, di mana tim nasional lain tuntut keadilan. Ini bukan soal Ronaldo saja—ia legenda dengan 226 caps Portugal—tapi soal preseden: apakah bintang besar dapat keringanan yang tak didapat pemain biasa? FIFA klaim keputusan sesuai kode disiplin, tapi tekanan dari federasi bisa paksa tinjau ulang. Bagi sepak bola, ini pelajaran: sanksi harus konsisten, atau kredibilitas rusak. Undian grup 5 Desember bakal tentukan lawan Portugal—dan mungkin pemicu gugatan pertama. Ronaldo bebas main, tapi badai hukum masih mengintai.
