Kemenangan Krusial Tanpa Ronaldo: Fernandes dan Leao Ambil Alih: Portugal Lolos Piala Dunia, Tapi Ronaldo Absen
Laga lawan Armenia di Estadio da Luz jadi bukti nyata bahwa Portugal tak lagi bergantung total pada Ronaldo. Tanpa sang kapten, Martinez ubah formasi ke 4-3-3 lebih fleksibel, dengan Fernandes sebagai playmaker utama. Gol pembuka Fernandes menit 12 dari tendangan bebas langsung—mirip gaya Ronaldo—buka jalan, diikuti sundulannya di menit 35 usai umpan silang João Neves. Leao, winger lincah Porto, tambah dua gol di babak kedua: satu dari serangan balik kilat, satu lagi dari solo run yang hancurkan pertahanan Armenia. Ramos tutup malam dengan gol penalti menit 78, bikin agregat clean sheet di laga penutup.
Ini kemenangan ke-11 dari 12 laga kualifikasi, dengan selisih gol +22 yang amankan seeding pot 1. Martinez puji skuad: “Kami tunjukkan kekuatan kolektif, bukan satu orang.” Absen Ronaldo tak bikin tim mandek; malah, pemain muda seperti Neves (21 tahun) kuasai lini tengah dengan 92 persen akurasi umpan. Armenia, yang sudah tersingkir, tak punya jawaban—mereka cuma tembak dua kali on target. Kemenangan ini redakan tekanan pasca kekalahan 0-2 dari Irlandia, di mana Portugal tertunda lolos. Bagi fans, ini janji transisi mulus: generasi baru siap gantikan Ronaldo di panggung besar, meski legenda itu tetap jadi inspirasi dari bangku cadangan.
Insiden Kartu Merah Ronaldo: Frustrasi yang Berujung Sanksi: Portugal Lolos Piala Dunia, Tapi Ronaldo Absen
Kembali ke 13 November di Aviva Stadium: insiden yang bikin Ronaldo absen jadi titik nadir kualifikasi. Di menit 85, saat Portugal kejar ketertinggalan 0-2, Ronaldo angkat siku ke dagu bek Irlandia Dara O’Shea saat berebut bola—gerakan yang VAR anggap violent conduct. Wasit Michael Oliver langsung kartu merah, bikin kapten berjalan pergi dengan tatapan geram diiringi ejekan fans tuan rumah. Ini pertama kalinya Ronaldo diskors timnas sejak debut 2003, dan FIFA konfirmasi sanksi satu laga otomatis—tepat untuk Armenia.
Investigasi FIFA akhirnya ringankan jadi satu laga saja, tapi dampak mentalnya besar. Ronaldo, yang frustrasi karena peluang sia-sia di babak pertama, klaim “tak sengaja” via media sosial, tapi preseden seperti Suarez 2014 bikin khawatir awalnya. Di ruang ganti, Martinez gelar sesi khusus untuk redakan ketegangan, bilang “Cristiano pemimpin, dan kami dukung dia.” Insiden ini soroti tantangan usia: Ronaldo masih cetak 10 gol kualifikasi, tapi kecepatan menurun bikin ia lebih rentan emosi. Irlandia, finis runner-up grup dengan 13 poin, rayakan kemenangan itu sebagai poin moral—gol Evan Ferguson dan Chiedozie Ogbene hancurkan harapan Portugal lolos langsung saat itu. Bagi Ronaldo, absen ini pil pahit: ia ingin WC 2026 sebagai “turnamen terakhir”, tapi kartu merah ini ingatkan bahwa bahkan legenda punya batas.
Harapan Portugal di Piala Dunia 2026: Transisi dan Target Trofi
Lolos ke WC 2026 beri Portugal enam bulan persiapan penuh, tapi absen Ronaldo di laga krusial jadi pelajaran berharga. Martinez rencanakan skuad hybrid: Fernandes kapten sementara, Leao dan Ramos di depan, plus talenta seperti Pedro Neto dari Wolves untuk tambah kecepatan. Grup F yang dikuasai—dari kemenangan 3-0 atas Slovakia hingga 5-1 lawan Luxembourg—tunjukkan kedalaman: 28 gol dicetak, cuma enam kebobolan. Seeding pot 1 beri undian ramah, potensial grup dengan tim Afrika atau Asia, bukan raksasa Eropa.
Tapi targetnya jelas: trofi pertama sejak Euro 2016. Ronaldo, meski absen di kualifikasi akhir, tetap prioritas—ia konfirmasi fit untuk turnamen, dengan 133 gol timnas sebagai modal. Martinez bilang, “Absen ini buat kami lebih kuat; Cristiano akan kembali lebih lapar.” Di level klub, Al-Nassr beri Ronaldo libur ekstra untuk regenerasi. Portugal, juara Nations League 2019, punya sejarah bagus di WC: perempat final 2022. Transisi ini mirip Spanyol pasca-Casillas: generasi baru hormati veteran tapi ambil alih. Dengan 48 tim, peluang lebih lebar—Portugal siap jadi pengganggu, asal manfaatkan momentum lolos ini.
Kesimpulan
Portugal lolos ke Piala Dunia 2026 dengan kemenangan meyakinkan atas Armenia, tapi absen Cristiano Ronaldo di laga penentu jadi catatan getir yang tak terhindarkan. Dari dominasi skuad tanpa kapten hingga insiden kartu merah yang picu perdebatan, kualifikasi ini tunjukkan Portugal yang matang: tak lagi satu orang show, tapi tim kolektif siap tempur. Martinez punya fondasi solid untuk enam bulan ke depan, dengan Ronaldo tetap jadi api semangat meski dari pinggir. Bagi Selecao, ini awal cerita baru di Amerika Utara—trofi menanti, asal transisi lancar. Ronaldo mungkin absen sekali, tapi legenda itu tak pernah benar-benar pergi. Juni 2026, dunia tunggu Portugal mengaum lagi, dengan atau tanpa siku Ronaldo.